Sabtu, 20 Februari 2010

Tulisan Portofolio Bahasa Indonesia 2

MAKNA TUJUH HARI BAGI NAYLA

Hidup di lingkungan keluarga kaya raya merupakan anugerah kehidupan bagi Nayla. Sejak dilahirkan sampai dengan dia beranjak remaja selalu dipenuhi apapun yang dia inginkan. Ditambah lagi dia merupakan anak tunggal dari pasangan yang selalu sibuk bekerja mengurusi perusahaannya. Nayla sekarang baru memasuki dunia remajanya. Dia baru masuk SMA yang dia idam-idamkan. Setiap bepergian kemana pun dia selalu diantar memakai mobil pribadinya beserta supir yang telah disediakan. Kegiatan sehari-harinya hanya untuk bersenang-senang bersama dua sahabatnya, Fia dan Nancy. Sifat manja tak pernah lepas dari dalam dirinya.
Hari pertama masuk sekolah pun tiba.
“Kringgg, kringgg, kringgg!” Alarm jam dikamar Nayla berbunyi.
“Aduhhh ini masih pagi sekali, aku malas berangkat ke sekolah!”
Sementara itu kedua orangtuanya sarapan lalu bergegas untuk segera pergi ke kantor. Mereka hanya berpesan kepada pembantu untuk mengingatkan Nayla agar siap-siap pergi berangkat sekolah.
Pembantu memasuki kamar Nayla.
“Bangun, Non!”
Nayla yang masih mempertahankan dirinya di tempat tidur tidak memperdulikan perkataan pembantunya tersebut.
“Duhhh bibi, Nay masih ngantuk!”
“Pokoknya Nay hari ini tidak masuk sekolah!”
Mengingat dirinya hanya seorang pembantu dirumah maka bibi hanya bisa diam dan meninggalkan kamar Nayla.
Hari beranjak siang barulah Nayla bangun dari tempat tidurnya. Lalu dia makan untuk kemudian bersiap-siap pergi bersama sahabat-sahabatnya.
Setelah berpakaian rapi, Nayla melanjutkan untuk pergi menjemput sahabat-sahabatnya sehabis jam pulang sekolah.
Dengan seenaknya Nayla langsung naik mobil kemudian menyuruh supir untuk mengantarkannya ke tempat yang dia mau.
“Hari ini memang tidak masuk sekolah Non?”
“Saya kesiangan, Pak”.
“Nanti kalau papi dan mami bertanya bilang saja saya masuk sekolah ya”.
Mobil Nayla sampai di gerbang sekolah. Segera Nayla sms Fia dan Nancy untuk langsung menuju ke mobil dia.
“Guys cepat ke depan gerbang!”
“Hari ini kita shopping-shopping yukkk!”
Karena ketiganya ratu shopping maka langsung mereka menjelajahi mall-mall elit di ibu kota. Setelah dirasa semua barang-barang yang mereka inginkan telah dibeli, mereka memutuskan untuk pulang.
Orangtuanya heran melihat Nayla pulang malam hari. Dilihatnya juga supir membawakan barang-barang belanjaan yang menumpuk.
“Nay, kamu darimana malam-malam seperti ini baru pulang?”
“Papi mami, aku capek mau istirahat dulu ya”.
Karena Nayla tidak menjawab maka orangtuanya bertanya pada supir.
“Hari ini bapak antar Nayla kemana saja?”
Pak supir bingung. Dia merasa dalam posisi yang serba salah.
Melihat gelagat pak supir yang raut mukanya berubah, orangtua Nay pun mempertegas pertanyaan.
“Jujur saja pak, hari ini Nayla pergi kemana saja?”
Dalam hati pak supir berkata bahwa dia sebaiknya memang jujur menceritakan apa adanya demi kebaikan Nayla juga.
“Maaf tuan nyonya, hari ini Non Nayla tidak masuk sekolah tapi dia pergi berbelanja dengan Non Fia dan Nancy”.
“Saya permisi dulu tuan, nyonya”.
Orangtua Nayla saling berbicara untuk mengatur strategi agar Nayla bisa berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Mereka akhirnya telah menemukan sebuah solusi dan besok akan mulai melaksanakan strateginya.
Pagi pun tiba. Kedua orangtua Nayla terlihat tidak beraktifitas ke kantor seperti biasanya.
“Papi mami, hari ini tidak kerja?”
Orangtuanya bersiap melancarkan strategi yang telah disepakati.
“Sayang, papi baru menerima laporan bahwa perusahaan sedang mengalami kemunduran keuangan”.
“Papi harap kita sekarang harus bisa hidup sederhana ya”.
“Nanti siang kita pun harus pindah rumah ke daerah pedesaan karena sisa hasil dari penjualan rumah kita ini akan digunakan untuk menutupi masalah keuangan di perusahaan”.
Mendengar berita tersebut Nayla berontak dalam hati. Namun apa daya dia tetap harus mengikuti perkataan orangtuanya tersebut.
Sepanjang perjalanan menuju pedesaan, tatapan mata Nayla begitu kosong dan dia pun diam seribu bahasa.
Jalan yang berliku-liku telah mereka lewati hingga sampai pada sebuah rumah yang sangat sederhana.
“Ya ampun papi mami, kita tidak salah tinggal di tempat seperti ini?”
“Kondisi kita sekarang telah berbeda Nay, papi harap kamu bisa cepat menyesuaikan diri dengan keadaan seperti saat ini ya!”
Nayla bergegas menuju kamar karena dia tidak ingin mendengar lebih banyak alasan lagi dari kedua orangtuanya itu.
Hari pertama sampai dengan hari ketiga, Nayla masih saja acuh terhadap lingkungan barunya itu.
Begitu memasuki hari keempat dia mulai merasakan ada yang berbeda tetapi begitu menarik daripada kehidupannya yang terdahulu.
Hal tersebut dimulai dari lingkungan sekolahnya. Hari itu hujan turun begitu derasnya bahkan di beberapa tempat menuju sekolah sudah banyak air yang menggenang. Tapi apa yang Nayla dapatkan sungguh begitu mencengangkan hatinya.
“Aku heran tuangan kelas hari ini masih saja begitu padat murid-murid seperti hari-hari biasanya padahal di luar hujan deras sekali”.
“Malah ada yang tidak memakai alas kaki karena sepanjang perjalanan menuju sekolah harus melewati aliran sungai yang telah banjir, dasar anak-anak kampong yang aneh!”
Nayla terus-menerus tidak percaya melihat kondisi tersebut. Sisi kebaikan dalam hatinya pun berbicara.
“Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan di masa-masa dahulu ternyata sungguh bodoh sekali”.
“Kehidupanku begitu sia-sia dan aku tidak pandai bersyukur atas semua yang telah dimiliki”.
Hari berganti hari semakin berganti pula sifat-sifat dalam diri Nayla.
Kedua orangtuanya pun merasa anaknya telah jauh berubah menjadi pribadi yang mereka harapkan. Nayla tidak menjadi manja dan boros lagi.
Menuju hari ketujuh semakin dirasakan bahwa Nayla telah sungguh-sungguh berubah. Orangtuanya merasa telah cukup memberikan pelajaran yang berharga untuk Nayla.
Keesokan harinya pun kedua orangtua Nayla menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
“Nay, papi mami bangga sekarang kamu telah berubah drastis menjadi pribadi yang jauh lebih baik”.
“Sebenarnya kondisi perusahaan baik-baik saja”.
“Berarti selama ini semua sengaja dibuat untuk Nay?”
“Huhhh, Nay kesal!”
“Tapi setelah dipikir-pikir benar juga ya apa yang telah papi mami lakukan semuanya itu semata-mata hanya untuk kebaikan Nay”.
“Terima kasih papi mami, Nay berjanji akan terus meningkatkan diri untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi”.

Annisa Putri R.
10107214
3 KA 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Powered By Blogger